Fungsi Tanah
- Tempat untuk menampung penambahan unsur – unsur hara dan air
- Media tempat aktivitas mikroorganisme.
Filosopi
Sebagai sumber daya alam, tanah mempunyai fungsi sebagai berikut :
- Sumber unsur hara bagi tanaman
- Matriks tempat perkembangan akar tumbuhan dan air tanah tersimpan- Tempat untuk menampung penambahan unsur – unsur hara dan air
- Media tempat aktivitas mikroorganisme.
Fungsi – fungsi tersebut dapat berkurang atau hilang disebabkan oleh kerusakan tanah. Hilangnya fungsi pertama dapat diperbaiki dengan pemupukan secara terus menerus, tetapi hilangnya fungsi yang
lain tidak mudah dikembalikan karena diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah.
Filosopi
Produksi maksimal suatu tanaman dapat dicapai dengan pemupukan jika fisik tanah baik. Pemupukan tidak akan menguntungkan sebelum dilakukan usaha pencegahan erosi, perbaikan aerasi tanah dan air,
pemeliharaan bahan organik tanah, pemulihan tanah – tanah
rusak atau perbaikan drainase tanah.
Pengawetan Tanah dan Air
Pengawetan tanah berarti penggunaan setiap bidang tanah secara benar sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanh (erosi, kerusakan struktur tanah dan sebagainya). Sedangkan pengawetan air prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah seefisien mungkin dan pengaturan aliran sehingga tidak terjadi banjir pada musim hujan serta terdapat cukup air pada musim kemarau.
Tipe Kehilangan Air Dari Tanah
Ada tiga tipe kehilangan air dari tanah :
- Gerakan air bebas ke bawah (perkolasi) yang berasal dari air berlebihan (jumlah air hujan yang masuk ke dalam tanah melebihi kapasitas menahan air) pada permukaan tanah dan sub soil bagian atas. Perkolasi biasanya mengakibatkan hilangnya garam / larutan Kalsium, Kalium, Magnesium dan Sulfur.
- Run off merupakan air yang berkelebihan melalui tanah permukaan. Kehilangan karena run off mencakup tidak hanya air akan tetapi juga sejumlah tanah (Erosi).
- Evaporasi merupakan kehilangan air karena penguapan.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya erosi, yaitu :
- Pemindahan vegetasi penutup alam
- Ditanami dengan tanaman yang tidak menutupi tanah tersebut.
Kemiringan Lereng
Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa erosi adalah akibat dari interaksi kerja antara faktor-faktor tanah, iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Panjang dan derajat kemiringan adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap erosi. Unsur lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng.
Makin besar sudut kemiringan akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan aliran air dan jumlah air yang mengalir. Panjang lereng atau kemiringan sangat penting, karena makin besar lereng suatu daerah, makin besar air yang mengalir.
Erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor tanah, iklim, topografi, vegetasi, hewan dan manusia.
Berikut ini ditampilkan mengenai klasifikasi kemiringan berdasarkan sudut kemiringan atau slope.
Pencegahan Erosi
Beberapa cara untuk melakukan pencegahan atau memperkecil terjadi erosi adalah :
- Penanaman tanaman penutup tanah (leguminous cover crops)
- Penanaman akar wangi (vetiver grass)
- Aplikasi janjang kosong (empty fruit bunch)
- Penyusunan pelepah (fronds stacking)
- Parit konservasi (silt pit) dengan benteng teras (contour bunch)
- Tapak kuda (palnting platform)
- Teras kontur (contour terrace)
- Teras bersambung (continous terrace = contour terrace)
- Parit drainase (drainage)
- Tapak timbun (piling platform)
A. Parit Konservasi (Silt Pit)
Pembuatan parit konservasi dimulai dari puncak tertinggi areal sampai tiga (pokok) pada areal terbawah. Ketentuan pembuatanparit konservasi yaitu sebagai berikut :
a. Parit Konservasi
- Lebar = 0.5 m
- Dalam = 0.6 m
- Panjang = 4.0 m
- Jarak antara pokok dengan parit = ± 4.5 m (jika jarak tanam 9.0 m)
b. Benteng Teras
Pengawetan Tanah dan Air
Pengawetan tanah berarti penggunaan setiap bidang tanah secara benar sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanh (erosi, kerusakan struktur tanah dan sebagainya). Sedangkan pengawetan air prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah seefisien mungkin dan pengaturan aliran sehingga tidak terjadi banjir pada musim hujan serta terdapat cukup air pada musim kemarau.
Tipe Kehilangan Air Dari Tanah
Ada tiga tipe kehilangan air dari tanah :
- Gerakan air bebas ke bawah (perkolasi) yang berasal dari air berlebihan (jumlah air hujan yang masuk ke dalam tanah melebihi kapasitas menahan air) pada permukaan tanah dan sub soil bagian atas. Perkolasi biasanya mengakibatkan hilangnya garam / larutan Kalsium, Kalium, Magnesium dan Sulfur.
- Run off merupakan air yang berkelebihan melalui tanah permukaan. Kehilangan karena run off mencakup tidak hanya air akan tetapi juga sejumlah tanah (Erosi).
- Evaporasi merupakan kehilangan air karena penguapan.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya erosi, yaitu :
- Pemindahan vegetasi penutup alam
- Ditanami dengan tanaman yang tidak menutupi tanah tersebut.
Kemiringan Lereng
Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa erosi adalah akibat dari interaksi kerja antara faktor-faktor tanah, iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Panjang dan derajat kemiringan adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap erosi. Unsur lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng.
Makin besar sudut kemiringan akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan aliran air dan jumlah air yang mengalir. Panjang lereng atau kemiringan sangat penting, karena makin besar lereng suatu daerah, makin besar air yang mengalir.
"Areal yang yang digunakan untuk budidaya kelapa sawit, maksimal kelerengannya adalah 25% sesuai dengan KEPMEN HUTBUN No. 376/1998 mengenai Kriteria Pengalihan Areal Hutan untuk Perkebunan Budidaya Kelapa Sawit".
Sudut kemiringan lahan dinyatakan dengan derajat dan cara menghitungnya adalah Tangen 𝜶 dari pada garis vertikal (B) dibanding dengan garis datar (A) (Lihat gambar). Slope (kemiringan permukaan tanah yang dinyatakan dalam persen(%) cara encarinya adalah sudut kemiringan lahan = Tangen 𝜶 (dinyatakan slope 100% apabila sudut kemiringan lahan 45 derajat). Cara mengukur kemiringan juga dapat menggunakan alat Clinometer.
Erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor tanah, iklim, topografi, vegetasi, hewan dan manusia.
Berikut ini ditampilkan mengenai klasifikasi kemiringan berdasarkan sudut kemiringan atau slope.
Beberapa cara untuk melakukan pencegahan atau memperkecil terjadi erosi adalah :
- Penanaman tanaman penutup tanah (leguminous cover crops)
- Penanaman akar wangi (vetiver grass)
- Aplikasi janjang kosong (empty fruit bunch)
- Penyusunan pelepah (fronds stacking)
- Parit konservasi (silt pit) dengan benteng teras (contour bunch)
- Tapak kuda (palnting platform)
- Teras kontur (contour terrace)
- Teras bersambung (continous terrace = contour terrace)
- Parit drainase (drainage)
- Tapak timbun (piling platform)
A. Parit Konservasi (Silt Pit)
Pembuatan parit konservasi dimulai dari puncak tertinggi areal sampai tiga (pokok) pada areal terbawah. Ketentuan pembuatanparit konservasi yaitu sebagai berikut :
a. Parit Konservasi
- Lebar = 0.5 m
- Dalam = 0.6 m
- Panjang = 4.0 m
- Jarak antara pokok dengan parit = ± 4.5 m (jika jarak tanam 9.0 m)
b. Benteng Teras
- Panjang = 4.0 m
- Jarak
dari
bibir
parit
konservasi = 0.1 m
Tanah
galian digunakan menjadi benteng teras yang
posisi lebih rendah dari parit konservasi. Penampang melintang Parit Konservasi (Sil pit)
dengan Benteng teras.
Penampang Melintang Silt Pit |
Peletakan parit konservasi / rorak tergantung dari kemiringan. Ketentuan jumlah parit yaitu 1 (satu) parit untuk 4 (empat) pokok dalam barisan tanaman.
Pembangunan secara bertahap dimulai dari 1 (satu) parit untuk 8 (delapan) pokok hingga seterusnya mencapai jumlah sesuai ketentuan. Pedoman dasar dalam pembuatan Silt Pit adalah sebagai berikut :
Pembuatan Benteng Teras :
• Ukur persentase slope rata-rata pada kawasan tersebut.
• Tetapkan suatu titik P, dimana pemancangan dimulai baik untuk arah benteng secara timbang air (water pass) maupun jarak antara dua benteng teras.
• Pedoman dasar pembuatan benteng teras, terlihat pada Tabel di atas
• Setelah pemancangan selesai, maka parit digali dan tanah galian (lapisan + 15 cm dari permukaan tanah) ditimbun memanjang menurut arah pancang benteng dan kemudian dibentuk menurut ukuran serta dipadatkan (di”geblek”).
• Jarak antara pinggir kaki benteng teras dengan bibir parit adalah 45 cm ke arah atas benteng.
• Ukuran parit yang tanahnya menjadi benteng teras tersebut adalah lebar atas = 40 cm, dasar = 35 cm dan dalam 50 cm
No comments:
Post a Comment