Wednesday, March 27, 2019

KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

Fungsi Tanah
Sebagai sumber daya alam, tanah mempunyai fungsi sebagai berikut
Sumber unsur hara bagi tanaman
Matriks tempat perkembangan akar tumbuhan dan air tanah tersimpan
Tempat untuk menampung penambahan unsurunsur hara dan air
Media tempat aktivitas mikroorganisme.
Fungsifungsi tersebut dapat berkurang atau hilang disebabkan oleh kerusakan tanah. Hilangnya fungsi pertama dapat diperbaiki dengan pemupukan secara terus menerus, tetapi hilangnya fungsi yang lain tidak mudah dikembalikan karena diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah.

Filosopi
Produksi maksimal suatu tanaman dapat dicapai dengan pemupukan jika fisik tanah baik. Pemupukan tidak akan menguntungkan sebelum dilakukan usaha pencegahan erosi, perbaikan aerasi tanah dan air, pemeliharaan bahan organik tanah, pemulihan tanahtanah rusak atau perbaikan drainase tanah.

Pengawetan Tanah dan Air
Pengawetan tanah berarti penggunaan setiap bidang tanah secara benar sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanh (erosi, kerusakan struktur tanah dan sebagainya). Sedangkan pengawetan air prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah seefisien mungkin dan pengaturan aliran sehingga tidak terjadi banjir pada musim hujan serta terdapat cukup air pada musim kemarau.

Tipe Kehilangan Air Dari Tanah
Ada tiga tipe kehilangan air dari tanah :
- Gerakan air bebas ke bawah (perkolasi) yang berasal dari air berlebihan (jumlah air hujan yang masuk ke dalam tanah melebihi kapasitas menahan air) pada permukaan tanah dan sub soil bagian atas. Perkolasi biasanya mengakibatkan hilangnya garam / larutan Kalsium, Kalium, Magnesium dan Sulfur.
- Run off merupakan air yang berkelebihan melalui tanah permukaan. Kehilangan karena run off mencakup tidak hanya air akan tetapi juga sejumlah tanah (Erosi).
- Evaporasi merupakan kehilangan air karena penguapan.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya erosi, yaitu :
Pemindahan vegetasi penutup alam
Ditanami dengan tanaman yang tidak menutupi tanah tersebut.

Kemiringan Lereng
Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa erosi adalah akibat dari interaksi kerja antara faktor-faktor tanah, iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Panjang dan derajat kemiringan adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap erosi. Unsur lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng.
Makin besar sudut kemiringan akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan aliran air dan jumlah air yang mengalir. Panjang lereng atau kemiringan sangat penting, karena makin besar lereng suatu daerah, makin besar air yang mengalir.
"Areal  yang  yang  digunakan  untuk  budidaya  kelapa  sawit,  maksimal kelerengannya  adalah 25%  sesuai  dengan  KEPMEN  HUTBUN  No.  376/1998 mengenai  Kriteria  Pengalihan  Areal Hutan untuk  Perkebunan  Budidaya Kelapa Sawit". 
Sudut kemiringan lahan dinyatakan dengan derajat  dan cara menghitungnya adalah  Tangen  𝜶 dari pada  garis  vertikal  (B)  dibanding  dengan garis  datar (A) (Lihat gambar).  Slope  (kemiringan permukaan tanah yang dinyatakan dalam persen(%) cara encarinya adalah sudut kemiringan lahan = Tangen 𝜶 (dinyatakan  slope  100%  apabila  sudut kemiringan lahan 45 derajat).  Cara mengukur kemiringan juga dapat menggunakan alat Clinometer.
Ilustrasi Menghitung Persen Lereng
FAKTOR TIMBULNYA EROSI

Erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor tanah, iklim, topografi, vegetasi, hewan dan manusia.
Berikut ini ditampilkan mengenai klasifikasi kemiringan berdasarkan sudut kemiringan atau slope.

Pencegahan Erosi
Beberapa cara untuk melakukan pencegahan atau memperkecil terjadi erosi adalah :
Penanaman tanaman penutup tanah (leguminous cover crops)
Penanaman akar wangi (vetiver grass)
Aplikasi janjang kosong (empty fruit bunch)
Penyusunan pelepah (fronds stacking)
Parit konservasi (silt pit) dengan benteng teras (contour bunch)
Tapak kuda (palnting platform)
Teras kontur (contour terrace)
Teras bersambung (continous terrace = contour terrace)
Parit drainase (drainage)
Tapak timbun (piling platform)

A. Parit Konservasi (Silt Pit)
Pembuatan parit konservasi dimulai dari puncak tertinggi areal sampai tiga (pokok) pada areal terbawahKetentuan pembuatanparit konservasi yaitu sebagai berikut :
a. Parit Konservasi 
    - Lebar             = 0.5 m
    - Dalam            = 0.6 m
    - Panjang          = 4.0 m
    - Jarak antara pokok dengan parit  = ± 4.5 m (jika jarak tanam 9.0 m)
b. Benteng Teras
    - Panjang                                         = 4.0 m
    - Jarak dari bibir parit konservasi   = 0.1 m
Tanah galian digunakan menjadi benteng teras yang posisi lebih rendah dari parit konservasiPenampang melintang Parit Konservasi (Sil pit) dengan Benteng teras
Penampang Melintang Silt Pit
Peletakan parit konservasi / rorak tergantung dari kemiringan. Ketentuan jumlah parit yaitu 1 (satu) parit untuk 4 (empat) pokok dalam barisan tanaman. Pembangunan secara bertahap dimulai dari 1 (satu) parit untuk 8 (delapan) pokok hingga seterusnya mencapai jumlah sesuai ketentuan. Pedoman dasar dalam pembuatan Silt Pit adalah sebagai berikut :
Pembuatan Benteng Teras :
•   Ukur persentase slope rata-rata pada kawasan tersebut.
•   Tetapkan  suatu  titik  P,  dimana  pemancangan  dimulai  baik  untuk  arah  benteng secara timbang air (water pass) maupun jarak antara dua benteng teras. 
•   Pedoman dasar pembuatan benteng teras, terlihat pada Tabel di atas
•   Setelah pemancangan selesai, maka parit digali dan tanah galian (lapisan + 15 cm dari  permukaan tanah)  ditimbun  memanjang  menurut  arah  pancang  benteng dan kemudian dibentuk menurut ukuran serta dipadatkan (di”geblek”).
•   Jarak antara pinggir kaki benteng teras dengan bibir parit adalah 45 cm ke arah atas benteng. 
•   Ukuran parit yang tanahnya menjadi benteng teras tersebut adalah lebar atas = 40 cm, dasar = 35 cm dan dalam 50 cm

No comments: